Antara Aku, Misi Rahasiaku, dan juga Mimpi-mimpiku.
December 11, 2017Jika saat itu aku berani mengatakan perihal bagaimana 'pahit getir' nya menapaki jalan kehidupan,
jika sedari dulu aku mampu menjabarkan perihal isi hati yang 'sesungguhnya' tak pernah sekalipun benar-benar diungkapkan,
dan jika waktu dapat kembali di putar ulang untuk memperbaiki sepersekian juta kesalahan di masa silam, tentu tak kan ada cerita ketika aku merasa sangat dikecewakan.
Kala itu aku sudah jauh-jauh hari memikirkan misi rahasia sebagai cara untuk melarikan diri.
Lari untuk selamat dari kemungkinan hal-hal terburuk yang bisa semakin menjadi.
Kuakui, label sebagai 'pengecut' itu memang sangat pantas lah jika diberi.
Lihatlah, siapa lagi yang akhirnya memilih untuk berhenti, tak berusaha sebentar untuk bertahan, dan akhirnya gagal menghadapi seleksi alam—selain diriku ini?
Ketika berhasil menjalankan misi rahasia pertama ku,
sebagian kecil mereka terlihat hanya bisa termangu,
sedangkan sebagian besar lainnya tentu saja menentang itu.
Tapi ku bersikap tak perduli dengan apa-apa yang sejatinya dapat memancing emosi.
Tak ku hiraukan pula ocehan-ocehan yang sesungguhnya sangat menusuk hati,
karena aku sudah sangat berniat untuk melakukan hal semacam ini.
Misi rahasia kedua ku,
diawali dengan membangun kembali mimpi-mimpi yang baru.
Aku melakukannya untuk menggantikan mimpi-mimpi yang terdahulu.
Mimpi-mimpi kali ini kuyakini sudah dibuat dengan versi terbaik sepanjang waktu.
Rasa-rasanya aku sudah tak sabar lagi untuk segera meraihnya satu-persatu.
Namun, setelah sekian lama, akhirnya waktu membuatku menyadari,
bahwa ada banyak hal yang sudah tak bisa lagi bersahabat denganku disini.
Tak ada lagi yang mencoba untuk mengerti dan memahami.
Mimpi-mimpi baru itu pun perlahan-lahan mulai digugurkan kembali.
Mimpi-mimpi yang ku katakan dengan optimis, lantang dan penuh percaya diri,
ternyata sudah dilenyapkan oleh perihal bernama 'realita kehidupan'—yang saat ini tengah terjadi.
Kini tinggal lah secercah kecil sinar-sinar harapan yang tersisa dari dalam hati.
Kini hanyalah isakan setiap kali mengingat bagaimana perihnya terjatuh dari mimpi-mimpi yang sudah ku buat sendiri.
Aku telah kehilangan semangatku, kepercayaan diriku, dan juga mimpi serta angan-anganku.
Rasa kecewa ini pun sepertinya telah cukup mengajarkan suatu arti.
Juga telah berhasil menumbuhkan sebuah rasa ketakutan tersendiri.
Yang akan menjadi pengingat jika suatu saat nanti aku ingin kembali bermimpi.
0 comments