­

Series Bumi - Tere Liye

January 20, 2019


      • Part I (January 2019): Bumi, Bulan, Matahari, Bintang, Ceros Dan Batozar, Komet.
      Selesai sudah, membaca keenam novel series Bumi karya Tere Liye.

      Waktu itu, aku pertama kali nemuin series buku ini di Pasar Senen, kurang lebih satu tahun yang lalu. Yap, sebagian dari kalian—pembaca blogku ini—mungkin tau, Pasar Senen ini selain jadi pasar seperti pada umumnya, disini juga menjadi sebuah tempat loakan buku-buku yang letaknya ada di wilayah JakPus. Eh, walaupun kedengerannya disini isinya kayak buku bekas semua, tapi kenyataannya nggak, kok. Banyak juga disini yang ngejual buku-buku yang masih baru, tersegel. Kata Ayah, disini sih, kebanyakan dijual buku-buku buat sekolah atau kuliah. Buat anak macem Zahrah, ke Pasar Senen itu selalu nyenengin plus favorit banget walaupun kadang harus sesek-sesekan dulu naik TJ, soalnya kalau kesana di hari libur—dan Ayah emang males bawa  kendaraan, pengen jalan kaki biar sekalian olahraga katanya. Begitu turun dari halte Kwitang dan jalan lurus sedikit melewati perempatan jalan besar, kita bakal ketemu dengan toko-toko buku plus lapak-lapak buku kecil berjejeran di sepanjang pinggir jalan. Kebayar semua capeknya selama di TJ, ngeliat banyak tumpukan buku yang kayak seakan-akan selalu memanggil-manggil aku walaupun cuma untuk sekedar mampir dan liat-liat.

      Waktu itu aku sebenernya nggak lagi cari buku bacaan, aku mau cari buku lain diluar itu. Tapi terus nggak lama bapak-bapak penjualnya—yang aku temuin di salah satu toko buku—nawarin aku buat liat tumpukan buku bacaan jualannya, setelah tanya-tanya dan tau kalau aku juga suka buku bacaan. Awalnya aku sama sekali nggak tau disana bakal ada buku bacaan, terus nggak taunya tumpukan buku bacaan (yang menurutku banyak banget itu) emang sengaja ditutupin sama bapaknya pakai sejenis plastik besar warna hitam. Mungkin tujuannya biar nggak kena debu atau air. Pantes sih, kalo dari awal nggak keliatan. Kalau dari awal keliatan, pasti aku udah lupa tujuan awal, kepincut sama tumpukan buku bacaan—yang terus tiap kali ngeliatnya aku jadi bingung mau milih buku yang mana. Rasanya pengeeen banget bisa bawa pulang dan baca semua bukunya. Buku karya Tere Liye, Ilana Tan, Andrea Hirata, Boy Chandra, buku novel yang cerita awalnya ada di aplikasi Wattpad; menurutku itu yang paling mendominasi bagian tumpukan paling depan. Hampir semua bukunya masih baru-baru. Ada juga buku yang lain dari penulis-penulis lain, sayangnya aku lupa.

      Buku series Bumi karya Tere Liye ini emang buku pertama kali yang bikin aku tertarik, sih, hehehe. Selain dari lama aku mulai penasaran sama karya Tere Liye yang lain—apalagi setelah baca novel Ayahku Bukan Pembohong, aku juga tertarik sama series Bumi ini dari cover-nya! Wkw. Kayaknya emang bener, cover sebuah buku tuh, penting banget diperhatikan. Soalnya kadang jatuh cinta—ke sebuah buku—emang pertama dari cover-nya. Buatku, cover series Bumi karya Tere Liye ini bagus banget, parah! Aku tau sebelum cover yang ini, cetakan pertamanya masih pakai cover lama. Cover versi barunya inilah yang aku suka, hehehe. Waktu pertama itu, aku cuma liat yang judulnya Bumi. Terus setelah nyusurin beberapa tumpukan, aku nemuin lagi yang judulnya Bulan. Aku makin kepo, belum sadar kalau buku-buku novel itu ternyata sambung-menyambung alias berseri. Aku susurin semua tumpukan, akhirnya ketemu Matahari, juga Bintang. Waktu itu, Ceros dan Batozar plus Komet belum terbit.

      Akhirnya aku sadar. Kubaca sinopsis di novel Bumi, buku pertama dari seriesnya. Wah, makin kepo karena ceritanya punya genre fantasi. Setelah menimbang-nimbang, dari keempat buku itu—Bumi, Bulan, Matahari, Bintang, aku beli satu buku dulu, hahaha. Ada dua alasan, sih, kenapa aku cuma berani beli satu buku. Pertama, karena aku takut ceritanya nggak sesuai ekspektasi; kedua, yaaa realistis aja, ku nggak punya banyak uang, wkw. Apalagi aku udah beli dua buku lain yang waktu itu emang tujuan awalku, ditambah harga novel yang nggak cuma seribu dua ribu. Satu novel kisaran harga minimal 60.000 rupiah, itu juga tergantung jenis cover, jenis kertas, dan lain-lain. Kantong-kantong pelajar kalangan biasa kayak aku gini bisa jebol kalau lansung ngangkut keempat novel serial Bumi itu buat dibawa pulang. Apalagi kalau belinya pakai duitnya orangtua lansung tanpa nabung, wah, aku tau diri juga, nggak mungkin beli banyak-banyak sekaligus.

      Pertama kali baca Bumi, setelah beberapa bab pertama, aku lansung jatuh cintaaa! Mirip kayak novel Ayahku Bukan Pembohong—yang juga karya Tere Liye, penuh imajinasi, ditambah ada kalimat-kalimat bijak di dalemnya, dengan cerita yang nggak mudah ditebak, intinya: SERU! Entahlah, rasanya genre yang penuh imajinasi begitu lebih enak dibaca ketimbang cerita yang penuh bumbu-bumbu romance remaja.

      Back to the main topic.
      Selesai baca novel Bumi, aku tersihir sama ceritanya, nggak sabar mau baca lanjutan ceritanya di seri kedua, ketiga, dan seterusnya. Tapi rasa penasaran itu ketahan selama 5 bulan lebih karena aku nggak punya duit buat beli novel seri selanjutnya, hahaha. Apalagi aku waktu itu udah masuk akhir kelas 11, rasanya duit-duitku harus dialokasikan ke hal yang lebih penting; untuk ujian-ujian di kelas 12, bimbel, daaan keperluan-keperluan belajar lain yang pasti nggak penting dan nggak akan muat kalau ku ketik disini.

      Singkatnya, akhirnya aku bisa namatin semua serinya belum lama ini. Kebetulan Ceros dan Batozar plus Komet menyusul terbit nggak lama setelah itu, di bulan Mei 2018 dan Juni 2018. Walaupun aku belum bisa beli bukunya sendiri secara fisik kayak yang aku mau, sih. Aku cuman numpang baca punya seseorang. Tapi, dengan begitu aja aku udah lebih dari seneng. Seenggaknya, aku bisa baca dan tau lanjutan ceritanya. Novel series Bumi yang lumayan tebal-tebal itu aku lahap habis. Sama sekali nggak kerasa kalau udah diakhir seri. Rasanya baru tadi sampai seri kedua: Bulan, terus tau-tau udah sampai diakhir halaman seri keenam: Komet.

      Aku bener-bener kebawa sama ceritanya. Semenyenangkan itu. Series Bumi karya Tere Liye ini berhasil membuatku larut dalam imajinasi. Imajinasiku seperti diasah lagi, hahaha. Ngebayangin gimana rupa rambut keritingnya Miss Selena, tuanya Av, baiknya Ily dan keluarganya, mengerikannya Tamus dan Fala-tara-tana IV, misteriusnya Si Tanpa Mahkota, atau menyebalkannya Sekretaris Dewan Kota, juga yang lain; ngebayangin gimana waktu Raib ngeluarin pukulan berdentum, juga menghilang; ngebayangin gimana wujud petir biru yang dikeluarin Seli; ngebayangin gimana lucu dan jeniusnya seorang Ali, atau juga waktu Ali berubah menjadi beruang; ngebayangin gimana wujud Ceros, apalagi waktu mengamuk setiap malam hari; gimana pemandangan Kota Tishri, Kota Ilios, Kota Zaramazar, Ruang Padang Sampah dan ruang-ruang lain di Klan Bintang, pemandangan setiap lokasi yang ditempuh Raib, Seli, Ali, dan Ily waktu mencari bunga matahari pertama mekar; sampai bentuk Bro-O-Bdur (yap, mirip kayak Borobudur kalau dibaca sekilas); lalu gugusan 7 pulau dan pemandangannya di Klan Komet.

      Lagi-lagi aku harus bilang, semua itu menyenangkan! Serasa bener-bener diajak lansung ke petualangan dunia paralel itu karena digambarin dengan cukup detail di dalem cerita. Aku berani mastiin sih, sekali baca satu buku aja dari serial ini, kalian bakal nggak mau berhenti buat segera baca seri berikutnya. Bahkan, jujur aja, waktu aku baca ini, aku sampai baca kemana-mana. Sambil makan, aku baca. Sambil nunggu, aku baca. Sambil istirahat, aku baca. Sebelum tidur, aku baca. Memang rasanya nggak sopan sih, kalau baca sambil makan—misalnya. Tapi aku susah buat ngilangin kebiasaan itu. Sekalinya baca buku yang aku suka, apalagi baru kubaca, aku selalu ngerasa nggak mau lepas dari bukunya sebelum isinya habis kulahap. Entah kenapa. Setiap ada waktu santai, aku selalu sempetin buat baca. Aku baru sadar setelah selesai baca seri keenam, serial Bumi ini kuhabiskan cuma dalam waktu 4 hari. Hampir dua novel dalam satu hari! Aku sama sekali bukan sombong, nggak ada niatan sama sekali. Tapi itu catetan rekor baca buku terbaikku. Aku aja sampai nggak percaya sendiri. Nggak biasa-biasanya. Tebakanku sih, karena aku emang udah penasaran berat sama ceritanya sampai nggak sadar. Hmmm, mungkin aku harus mulai belajar buat kendaliin kebiasaan burukku tadi—baca sambil makan, hehehe.

      Oke, kita next, ya.
      Kalau boleh dibilang, menurutku cerita novel series Bumi ini agak nyerempet-nyerempet kayak cerita di series Harry Potter dan serial Doraemon, tapi dalam versi Indonesia. Aku nggak bilang ceritanya sama persis kayak series Harry Potter atau serial Doraemon, cuman emang ada beberapa hal yang ketika aku baca ceritanya, seketika imajinasiku sedikit mengarah ke cerita series Harry Potter plus serial Doraemon. Kayak Raib, Seli, dan Ali, contohnya; yang ngingetin aku dengan Harry, Ron, dan Hermione—tiga sahabat yang jadi tokoh utama cerita. Raib bahkan mirip dengan Harry, bisa menghilang—yaaa, walaupun beda cara; juga sama-sama punya banyak kekuatan/kelebihan yang langka: Raib dengan kekuatan yang lansung ada di dalam tubuhnya, Harry dengan kekuatan sihir yang dipelajarinya. Atau portal-portal dunia paralel untuk teleportasi, kapsul-kapsul untuk kendaraan, pesawat tempur, robot-robot Klan Bintang; yang ngingetin aku dengan petualangan-petualangan di cerita-cerita serial Doraemon. Tapi tetep sih, mau gimanapun series Bumi karya Tere Liye ini tentunya punya ide cerita yang beda, keren, dan amat sangat menarik!

      Aku kadang nggak habis pikir sih, gimana bisa penulisnya dapet ide menulis cerita seperti series Bumi. Ada bumbu-bumbu science fiction di dalemnya walaupun umummya dibungkus fantasi, ceritanya nggak monoton, nggak berbelit-belit, penuh teka-teki, bahasanya pun mudah dipahami. Setiap selesai baca satu buku, aku pasti langsung kagum. Berdo'a semoga nanti bisa jadi seperti Tere Liye, juga penulis-penulis lain, yang punya banyak ide keren untuk buku-buku yang ditulisnya. Jadi nggak sekedar bisa baca buku, tapi bisa juga menulis buku, Aamiin.

      Oh iya, menurut info di seri keenam: Komet, series Bumi ini masih bakal berlanjut ke seri berikutnya, lho! Judulnya: Komet Minor. Memang sih, di seri keenam ceritanya sama sekali belum selesai, bahkan menurutku, bagian yang tamat di seri keenam itu adalah bagian yang sedang seru-serunya. Wah, semakin nggak sabar rasanya menunggu Komet Minor terbit! Mungkin aku bakal terus update tulisan blog ini sampai semua series Bumi bener-bener lengkap, makanya diawal aku tulis keterangan 'Part I' supaya lebih jelas. Maaf kalau aku belum bisa kasih foto asli semua buku series Buminya. Seperti yang kalian tau, aku belum punya cukup 'dana' untuk beli semua buku series Bumi itu secara pribadi, hahaha. Tapi doakan, semoga aku bisa beli dan foto aslinya bisa segera menyusul sesuai harapanku, ya! See you!


      Notes:
      1. Bumi, 440 pages.
      2. Bulan, 400 pages. 
      3. Matahari, 400 pages.
      4. Bintang, 392 pages.
      5. Ceros dan Batozar, 376 pages.
      6. Komet, 384 pages.
      (My reading duration of all books: 4 days, with normal daily activities).

      You Might Also Like

      0 comments